LETTER TO MY HUSBAND’S CANDIDATE *)
by. Pinondang Situmeang
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….
Dear my Husband’s candidate,
How are your faith today ? Did your day begin say thanks to God for facing how misery the life was. Did you wash your forehead with wudhu water to refresh the obligation in your hand?
My dear, did you know how God love me so much?. In this place He had hammered me in order to be grown and wiser in facing life and then be ready to accompany you later on, even though some time I was complained and frustrated, but recently I feel much better than before.
Some other time I was asking, why God always had testing me right in the center of my heart, in the most fragile of myself. Luckily, I knew the answers. God knew exactly where the right spots to test in order to remember Him, to love Him again. Testing by testing made me tougher, so then when the time come, you would be proud of me, to company you in daily life.
My dear husband’s candidate….
Where are you now ?. Wherever you are, I am so sure, God love you as He love me too.
I am so sure, God is training you to be a tough Mujahid, so that I would be proud of you at the time come. What I expecting is be a righteous man, not more than that. But, if the beauty you are looking for, it is useless. Because, recently I am thirsty of knowledge that will useful later to become a wife that God wish and to yourself as well, my husband.
Oh my dear husband’s candidate….
When I was under my parent’s supervision, my prayers are just to be a solehah daughter, to be a second Saving in heaven. And then right after a wife, I would function as righteous company and eligible as your angel. Remember one thing, that my jealous so high. But don’t worry, in case you love God and Rasulullah more than myself, is welcome for me. So as myself love God and Rasulullah more than you.
Once I read a story :”I asked God a fresh flower, but He gave me a thorn Cactus. I asked God a tiny beautiful animal, but He gave me a small hairy insect. I was disappointed and protested, how unfair it was. But later I found out that the thorn Cactus blossom a beautiful flowers and the hairy insect transformed to be a very beautiful butterflies.
It was God’s way, beautiful in its time. God didn’t answered what we are looking for, but gave what were we need.
My dear blessed husband’s candidate,
If we just had a hut in our marriage ship, I wouldn’t named it misery Hut, but it would be nice if we decorated it with love and passion. Then later on our next generation would be Moslem dakwah. Promise me my husband, help to educate them with clean Assets, useful knowledge, mostly feeding them with obedience to God SWT
Flowers were beautiful in its time, growing in the garden. Right now I am preparing myself properly to welcome you in my life. Recently, I am trying my best as I can, even not a best member, but at least the best in your side.
My dear husband’s candidate,
This is a glance of hope that I crafted in the words in chronological order. As someone told a parable: “Not all our feeling could be expressed in the words”. But in the time of togetherness later on, you would know me as I would try to understand you too.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….
This life would be beautiful if you always in my side anytime until the last of my breath
*) Source : Surat kepada Calon Suamiku by De Pita (Siska Puspitasari)
SURAT KEPADA CALON SUAMIKU
By De Pita (Siska Puspitasari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Dear calon suamiku…
Apa kabarnya imanmu hari ini? Sudahkah harimu ini diawali dengan syukur karena dapat menatap kembali fananya hidup ini? Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanu atas amanah yang saat ini tengah kau genggam?
Wahai Calon Suamiku…
Tahukah engkau betapa Allah sangat mencintaiku dengan dahsyatnya?
Disini aku ditempa untuk menjadi dewasa, agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak. Meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi, namun kini kurasakan diri ini lebih baik.
Kadang aku bertanya-tanya, kenapa Allah selalu mengujiku tepat dihatiku. Bagian terapuh diriku, namun aku tahu jawabannya. Allah tahu dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengingat-Nya kembali mencintai-Nya. Ujian demi ujian Insya Allah membuatku menjadi lebih tangguh, sehingga saat kelak kita bertemu, kau bangga telah memiliki aku dihatimu, menemani harimu.
Calon suamiku…
Entah dimana dirimu sekarang. Tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku. Aku yakin Dia kini tengah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh, hingga akupun bangga memilikimu kelak.
Apa yang kuharapkan darimu adalah kesalihan. Semoga sama halnya dengan dirimu. Karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku, hanya kesia-siaan yang dapati.
Aku masih haus akan ilmu. Namun berbekal ilmu yang ada saat ini, aku berharap dapat menjadi isteri yang mendapat keridhaan Allah dan dirimu, suamiku.
Wahai calon suamiku…
Saat aku masih menjadi asuhan ayah dan bundaku, tak lain doaku agar menjadi anak yang solehah, agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat. Namun nanti, setelah menjadi isterimu, aku berharap menjadi pendamping yang solehah agar kelak disyurga cukup aku yang menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh.
Aku ini pencemburu berat. Tapi kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai daripada aku, aku rela. Aku harap begitu pula dirimu.
Pernah suatu ketika aku membaca sebuah kisah; “Aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus berduri. Aku minta kepada Allah hewan mungil nan cantik, Dia beri aku ulat berbulu. Aku sempat kecewa dan protes. Betapa tidak adilnya ini.
Namun kemudian kaktus itu berbunga, sangat indah sekali. Dan ulatpun tumbuh dan beruba menjadi kupu-kupu yang teramat cantik. Itulah jalan Allah, indah pada waktunya. Allah tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan.”
Aku yakin kaulah yang kubutuhkan, meski bukan seperti yang aku harapkan.
Calon suamiku yang di rahmati Allah…
Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, takkan kunamai dengan gubuk derita. Karena itulah markas dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih.
Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita, Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah SWT.
Bunga akan indah pada waktunya. Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku.
Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.
Calon suamiku…
Inilah sekilas harapan yang kuukirkan dalam rangkaian kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita tengah bersama, maka disitulah kau akan memahami diriku, sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
hidup ini indah bila engkau selalu hadir di sisiku setiap waktu, hingga aku hembuskan nafas yg terakhir
No comments:
Post a Comment