Saturday, April 16, 2022

MENINGGALKAN COMFORT ZONE #6

#MOTIVASI
Tammat.
"Mau sekolah disini Mon ?", begitu tanya saya. "Mau pap", kata Monang, anak kedua ketika saya, istri tercinta dan 2 anak laki - laki naik KA Amtrac dari Union station, Washington DC menuju Air terjun Niagara, 2 thn sebelum resign, mengikuti kursus di Ibukota US ini. Saya pandang pandangan dengan istri, kaget tidak menduga anak yang pendiam itu mau sekolah jauh di Amérika.
Teman teman alumni GAMA yang ada di US lebih pintar menceritakan piye cara terbaik sekolah atau kuliah di US dari pada saya. Saya bisanya hanya cerita pengalaman sendiri dizaman old.
Tak terlintas dalam pikiran, tidak ada rencana akan mengirim anak sekolah, kuliah di US, mau ikut siapa disana. Tapi karena saya sering mengajak anak laki no 2 ke Manila, Bangkok dan Singapore, timbul keberaniannya untuk jalan sendiri sementara saya ada tugas.
Kebetulan pula anak - anak suka kursus Inggris pada waktu mereka masih SD - SMP, walau kursusnya cuma main - main karena eranya memasuki globalisasi yang memerlukan bahasa asing.
Setelah pulang dari US, saya coba tanya tanya ke kursus EF (English First). Eh EF nawarin kirim anak saya ke kota Olympia di Washinton state, WA kursus bahasa selama 1 tahun tinggal di Asrama. Ga sampai hati melepasnya sendiri, kami antar dia sampai ke asrama, sekamar berdua dengan siswa dari Amerika Latin.
Yang terakhir, paling sedih ialah saat perpisahan, setelah peluk cium dia berdiri melambaikan tangan. Air mata kami bercucuran ketika lambaiannya hilang dari pandangan. Ini perpisahan pertama sejak ia lahir merantau jauh. Rasanya separuh jiwa saya tertinggal disana.
Setelah selesai kursus setahun, lalù kami telpon seorg Pdt Indonesia sekitar Los Angeles untuk mencari kos disana. Kemudian disanalah dia kuliah di College.
Syukur ada bpk Pdt kenalan kami disana yang bisa lihat mereka waktu ketemu ibadah tiap hari Minggu. Hati sedikit tenang disertai doa.
Tahun kedua, anak kedua gabung disusul tahun ketiga anak ketiga datang. Sejak tahun ketiga kami mulai menyewa apartmen 2 kamar (termasuk dapur dan kamar tamu).
Kedua adiknya masuk Senior high school, karena uang sekolah free, tidak bayar uang sekolah walau orang asing. Jadi pajak negara itu dipake untuk membiayai orang asing. Bukan main, pemerintah US itu baik banget ya.
Kerja keras, pening juga membiayai sekolah mereka, makin membulatkan tekad saya dan istri tercinta untuk resign diusia 48 thn dan membuka usaha. Berat karena biaya kuliah dan biaya hidup cukup mahal. Kerja siang malam di usaha baru, Allah memberikan rezeki sehingga mampu membiayai mereka. Itupun belum cukup karena harus membeli 3 mobil baru karena lokasi kuliahnya beda beda. Untung harga mobil di US murah sekali. Saya jual 1 Honda accord di Jakarta bisa beli 2 mobil disana. Disamping itu mereka juga kerja part time, satu di spbu, satu di toko kerajinan dan satu di gudang minuman.
Dng background pendidikan di US, Allah memberi profesi profesi yang memadai.
END.


29 Komentar


No comments: