Saturday, April 16, 2022

MENINGGALKAN COMFORT ZONE #3

#MOTIVASI
Setelah tangisan anak no 2 waktu lahir, usia saya masih relatif muda, 26 thn. Tetapi sepakat dengan istri tercinta akan meninggalkan comfprt zone, hidup berkecukupan, rumah, mobil dan gaji tinggi di perusahaan swasta jauh di kampung dikota kecil di Rantauprapat, Sumut. Kami ingin bekerja di Pemerintahan di Jakarta mumpung masih muda engan risiko menderita menggapai cita cita itu.
Lalu berangkat dengan kapal laut kecil sambil membawa kasur dan tiba di Jakarta, menganggur. Tinggal bersama di rumah omnya istri di gang sempit di Jl.Raden Saleh hanya bisa motor lewat.
Untuk kbutuhan hidup, seorang teman kos dari Fak Sospol Gama memasukkan saya jadi wartawan milik Golkar, Suara Karya dengan mendapat sepeda motor dan tunjangan kesehatan. Sedang penghasilan tambahan kadang kala mendapat amplop dikala meliput berita.
Setelah jam kerja membantu istri cuci dan setrika pakaian, karena ada 2 anak usia 1 setengah thn dan 3 bulan. Sementara itu belum sanggup beli TV. Sungguh berat hidup di Jakarta, tetapi istri tidak pernah mengeluh sampai diterima di suatu bank BUMN 3 bulan kemudian.
Lalu masa job training selama 30 bulan hanya dengan honor seorang bujangan, pegawai harian lepas tanpa tunjangan apa apa. Karena syarat penerimaan pegawai sebagai status bujangan, walau kenyataan punya 2 orang anak kecil.
Setiap pagi berangkat ke kantor, naik bus yang penuh sesak agar tidak terlambat. Sehingga sering terpaksa bergantung di tangga biar tidak telat. Kemudian berganti bus di Pulo Gadung karena job training di cabang Bekasi.

Lalu job training dilanjutkan lagi di cabang Subang, Jabar dengan menyewa rumah tanpa perabot. Sedang tempat tidur hanya 1, yaitu untuk 2 orang balita. Saya dan istri tidur terpaksa tidur di lantai tanpa kasur. Rumah kosong melompong hanya 2 biji kursi tamu tanpa TV. Yang bikin sedih, anak suka nonton TV dari jendela tetangga, pedagang kaya asal Tasikmalaya.
Tugas job training yaitu belajar pekerjaan pegawai, mengetik, pembukuan, kasir dll. Malah ditugaskan mendampingi bupati menginap berhari hari di desa desa. Kasihan istri mengurus 2 anak kecil sendirian masak, mencuci pakean dll. Yang paling sedih adalah jika anak sakit tanpa bantuan dari kantor.
Setelah 30 bulan job training, langsung diangkat jadi Wakil Kepala Cabang di Kebumen, Jateng. Berangkat dari Jakarta hanya membawa 1 koper dan 1 keranjang berisi piring gelas. Disubuh yg dingin kami naik andong dari stasiun KA menuju rumah yang dikontrak oleh dinas.
Lalu pagi pagi sekali sebuah Jeep kanvas Toyota berwarna biru datang dengan sopir bernama Kiyamuddin. Mobil itu adalah mobil dinas saya sebagai Wakil kepala cabang.
Sejak saat itu status kepegawaian saya berubah menjadi Pegawai tetap berikut fasilitas rumah, mobil, pengobatan dll.
Pengorbanan, penderitaan hampir 3 thn meninggalkan Comfort zone sebagai Factory manager terobati.



No comments: