Tuesday, June 29, 2021

HUDUP PRIHATIN

#SINEKADDARISIBOLGA#3

Berakit rakit dahulu berenang renang kemudian.
Tiba di ibukota tiap hari baca iklan lowongan pekerjaan. Ada tiga iklan cari management trainee. BI, Bank BNI dan bank BRI. Sambil menunggu wawancara, anak Sibolga itu jadi wartawan ibukota sementara, dapat sepeda motor dan tunjangan kesehatan. Pada hal di fabrik, sebelumnya dapat fasilitas mobil, rumah, gaji gede dan makan gratis dari fabrik. Edan tenan kan.
Akhirnya, terima surat diterima di bank ndeso, bank BRI. Programnya sih sexy, yaitu menjadi calon wakil kepala cabang. Ya wes ben, bank ndeso tetapi wakil kepala kan. Selangkah lagi menjadi kepala cabang idaman. Eits...jangan mimpi dulu. Emang semudah itu?. Mimpi kan boleh dong, kan ga bayar...he he he.
Masa job training hidup prihatin, hanya dapat honor bulanan tanpa tunjangan, pas untuk bujangan. Tetapi sangat kurang karena sudah puya bojo dan dua bocil, bocah cilik. Tetapi kepada pimpinan cabang, si nekad dari Sibolga itu mengaku terus terang sudah punya bocil. No problemo kata dua pimpinan cabang yang baik hati itu.
Hari - hari hidup prihatin, ke kantor bergelantungan di bus, sewa satu kamar, tidur di tikar, no TV, timba sumur bersama tetangga. Anak sakit pinjam uang. Yang paling sedih, dapat telpon dari kampung, ibu opname, tidak bisa pulang karena tidak ada ongkos. Orang se kampung gossip saya adalah anak durhaka. Stress berat pastilah.

But a light iluminated at the end of the tunnel. Ada seberkah cahaya. Tiga tahun lebih guys hidup prihatin, kudu extra sabar.
Disuatu pagi pimpinan cabang killer manggil keruangan full AC. "Ada salah apa ya," jantung si nekad kita berdegup kencang.
"Selamat ya, anda diangkat jadi wakil di cabang di kota Kebumen." Sambil salaman dan menyerahkan SK dalam amplop kuning.
Lalu berangkat ke Jateng dengan kereta api hanya membawa satu koper pakaian, keranjang rotan pecah belah plus beberapa tas kecil bocil. Subuh tiba disebuah rumah, full furnished, rumah dinas wakil kepala cabang.
Jam 7 pagi sebuah jeep berhenti depan rumah. "Selamat pagi pak, nama saya Kiyamuddin, sopir bapak." Itulah mobil dinas pertama si nekad dari Sibolga. The rest is history.
Beruntung cepat sadar meninggalkan comfort zone diusia 26 tahun, karena batas usia pegawai bank BUMN masa itu adalah 27 tahun. Berakhirlah kisah hidup prihatin selama 4 tahun lebih.



Eduardus Windya Sadewa, Dewi Linggasari and 146 others
50 Comments
Like
Comment

No comments: