Sudah menjadi pemandangan umum di Ibukota jika kendaraan roda 2 (dua) dengan entengnya melanggar lalu lintas, memilih arus berlawanan. Sipengendara memilih melawan arus menghindari kemacetan atau menghindari putaran, u turn yang relatif jauh. Tindakan yang melanggar aturan lalu lintas ini tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga membahayakan pengendara lain dan pejalanan kaki.
Kelakuak tidak taat aturan ini adalah cermin budaya suatu bangsa yang tidak taat hukum sekaligus polisi lalu lintas tidak berfungsi. Polisi lalu lintas tidak berada di jalan tetapi berada di belakang meja, mengurusi administrasi.
Media TV ataupun koran banyak memberitakan kendaraan yang melawan arus di Ibukota dan ditonton diseluruhh Tanah air. Akibatnya sifat buruk ini juga ditiru dikota lainnya. Dan polisi lalu lintas membiarkannya berlangsung terus dan akan ditiru oleh generasi yang lebih muda.
Banyak masyarakat yang menentang sifat egois pengendara tersebut diatas seperti beberapa orang yang demo. Ada lagi anak SD di Semarang yang justru menghalangi sepeda motor yang naik trotoar dengan sepedanya. Anak SD ini kemudian mendapat penghargaan dari Walikota Semarang.
Saya berpuluh kali bepergian ke Amerika Serikat bahkan tinggal selama 6 bulan, melihat tertibnya Lalu lintas disana. Di malam larutn kami pernah keluar rumah. Anak saya stop diperempatan pada hal tidak sebuah kendaraan yang melintas. Saya bertanya :"Kenapa stop ?". Anak saya bilang, begitualah kebiasaan atau kebudayaan disana. Memang disetiap simpang ada rambu lalu lintas bertulis STOP.
Kita harus malu dengan tertibnya Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang berbudaya. Tegorlah mereka yang melawan arus, menasehati anak anak sendiri agart tidak meniru hal itu.
Bagi Polisi Lalu Lintas, itu tugas Anda untuk menertibkannya. Karena daerah/lokasi yang sring terjadi mudah diidentifikasi
Diposting : Pinondang Situmeang
Email : c2_pin@rocketmail.com
No comments:
Post a Comment