Wednesday, February 24, 2016

CERPEN : GITA GITARMU DI CIREMAI






P
etikan gitarmu selalu mengiringi lagu priangan yang kutembangkan di acara acara di kampus kita dekat braga. Sejak itu tali gitar, bening suaraku menyatu dengan hati kita dan tidak ingin berpisah. Lalu di hari liburan kuliah aku ajak kau berkenalan dengan Ayah bundaku di kaki gunung Ciremai.

"Ayah, Ibu, ini teman neng, bang Tigor."

"Hmm...", gumam Ayahmu, kemudian pergi kedalam ruang tengah.

Ibu menarik kedalam, "Kumaha neng, saha etah ?" Muka Ibu merah menahan amarah.

Rupanya Ayah Ibu sudah menerima niat baik ponakanmu yang punya rumah besar itu, siap menunggu kelulusanmu sebelum dinikahkan.

Namun kita nekad, di lereng bukit Ciremai yang sejuk itu kita mengikat janji di dekat kolam, disaksikan ikan mas dan ikan warna warni berenang gemulai kian kemari. Disana kita bernyanyi lagu  Sunda kesukaanku, "Ulah jalir janji". Janji sehidup semati bersama buah cinta kita nantinya.

Sebulan setelah lebaran, akupun sering muntah muntah. Akhirnya dengan sangat terpaksa Orangtuaku setuju acara Sisingaan, mengarak kita sampai ke pelaminan di Linggarjati. Diiringi suara seruling, lagu priangan yang merdu menusuk kalbu diiringi ramainya tari tari jaipongan, tak kan terlupa.

 

Kemudian tidak lama, kau pamit pulang ke kampung karena Ibumu sakit keras di Danau Toba. Dalam suratmu kau ceritakan, sebelum meninggal, Ibumu memanggil disaksikan keluarga besar, berpesan,   ”Anakku Tigor, menikahlah dengan pariban, anak pamanmu.” Kaupun mengangguk menangis mengiyakan tanpa memberitahu kalau kau sudah menanam benih di kaki gunung Ciremai. 

Hari berganti hari, minggu dan bulan tidak ada berita darimu bang. Tiga kali ganti kalender, dimusim penghujan geledek dan petir sambar menyambar. Hujan dan kabut menutupi gunung Ciremai. Tiba tiba kau datang membawa pariban, istrimu dan seorang balita. Si neng geulis buah cinta kita berpelukan mesra dengan anak laki lakimu yang ganteng. Saya pun pingsan tidak kuat menghadapi kenyataan.

Ayah bunda menyarankan agar aku menerima pinangan keluarga ponakanku yang setia menunggu dengan cintanya.

Selamat jalan bang,  gita gitarmu akan tetap kukenang.


No comments: