#BUDAYAITUINDAH 3
Dialog antara pemuda Batak dan putri Jawa.
"Jika mau nikah, nanti diberi marga."
"Beli ya bang?"
"Ga beli kok, itu salah. Yang dibeli itu gadisnya, kayak uang mahar gitu."
"Uangnya untuk bpk ibu saya bang."
"Ya dik, tapi dipakai untuk biaya pesta."
"Oh kirain masuk tabungan he he, punten ya bang."
"Terus saya diberi marga apa?"
"Marga paman atau tulang yang jadi bapak angkatmu."
"Kenapa marga tulang?"
"Bah banyak kali tanya kau nduk. Gini ceritanya, mestinya aku nikah sama sepupu atau pariban, putri paman. Jadi adek itu jadi pariban aku, faham sayang?"
"Nanti abang ga dikawinin lagi dengan paribannya yg cantik itu?"
"Ga dek, kau satu satunya sampai ajal memisahkan kita."
"Kok kayak sinetron bang gombalnya he he. Dengar pesta adatnya rame banget."
"Yang namanya pesta adat bukan resepsi "
"Bingung bang, maksudmu apa?"
"Ritual adat harus dihadiri tiga grup marga. Jika belum lengkap, acara tidak boleh dimulai."
"Kok ribet kali pun. Marga apa pula itu? "
"Logat kau kayak orang Batak. Satu marga aku, dua marga paman, bapak angkat kau, ketiga marga yang nikah dengan itoku, adik kakakku perempuan. Itu yg disebut Dalihan na tolu."
"Sering kudengar Dalihan natolu. Apa pula itu bang."
" Artinya tiga tungku. Kalo masak kan harus ada tiga tungku. Satu, kelompok margaku, dua kelompok margamu. Dan ketiga kelompok marga itoku (adik kakak perempuan)
"Aku panggil apa mereka nanti?"
"Banyak kali pertanyaan kau. Kau cinta ga sih?"
"Abang tau aku cinta mallabab sama abang, tapi janji ya jangan genit sama paribannya."
Disclaimer hanya berlaku untuk batak Toba.
Foto thn 1990an dengan putri raja Pasaribu
No comments:
Post a Comment