Kota Tarutung
Wilayah Tapanuli sejak kemerdekaan dipimpin seorang Residen
Indonesia pertama yaitu Dr. Ferdinand Lumban Tobing yang berkedudukan dikotapraja
Sibolga, tidak jauh dari sekolah SMEP.
Kabupaten Tapanuli
asalnya hanya terdiri dari 4 Daerah Tingkat dua yaitu:1 Kotapraja Sibolga dan 3 Kabupaten yaitu
Tapanuli Utara (Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Tengah dan Selatan.
Jika penduduk Kabupaten Tapanuli Utara mayoritas adalah Batak Toba yang beragama Kristen, sedang penduduk Tapanuli Tengah hampir fifty fifty, sedangkan penduduk Tapanuli Selatan mayoritasnya adalah suku Batak Mandailing dan mayoritas beragama Islam.
Jika penduduk Kabupaten Tapanuli Utara mayoritas adalah Batak Toba yang beragama Kristen, sedang penduduk Tapanuli Tengah hampir fifty fifty, sedangkan penduduk Tapanuli Selatan mayoritasnya adalah suku Batak Mandailing dan mayoritas beragama Islam.
Di zaman Belanda Kabupaten Tapanuli Utara disebut Kabupaten Batak, tetapi karena ada beberapa etnis Batak seperi Toba, Mandailing, Karo dan Simalungun, maka sebutan Kabupaten diganti dengan Tapanuli Utara.
Kini dengan sejak Reformasi dengan konsep Otonomi Daerah bermunculan Daerah Tingkat II baru sehingga Tapanuli berubah menjadi 7 Kabupaten dan 2 Kotamadya. Tentu latar belakang pembentukan Dati II itu adalah karena potensi Daerah yang bisa menghidupi daerah tersebut. Hanya Kabupaten Tapanuli Tengah yang miskin sumer daya alam tidak terjadi pemekaran. Hanya Ibukota Kabupaten dipindahkan dari kota Sibolga ke kota yang baru, Pandan, 10 klometer disebelah Selatan Sibolga. Dulu terkenal pantai Pandan nan indah dengan Ikan bagar, dari ikan segar, tangkapan baru.
Kabupaten baru pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan ada 4 yaitu Kotamadya Padangidempuan, Kabupaten Mandailing Natal, Padang Lawas dan Padang Lawas Utara.
Sedang pemekaran Tapanuli Utara ada 3 Kabupaten baru yaitu Toba Samosir, Samosir dan Humbang Hasundutan.
Apakah dengan pemekaran daerah, rakyat tambah sejahtera ?. Tentu masih jauh dari harapan. Kotamadya dan Kabupaten baru beserta DPRD sibuk berpolitik untuk meraih kekuasaan dan kesejahteraan rakyat hanyalah sebagai obyek kampanye saja.
Walau Kotamadya Sibolga, beragam warna suku dan rasnya namun kota ini sangat tentram dan damai. Suku dan ras yang ada ialah suku Batak, Minang, Nias, Jawa, Sunda, Aceh, Tionghoa, Arab dan lain lain. Jadi sudah kawin main antar suku dan Agama memperkuat kohesi multi etnis.
Percakapan sehari hari di pasar kota Sibolga tidak menggunakan bahasa Indonesia tetapi menggunakan bahasa khas mirip bahasa Minang pesisir. Misalnya : “Kamu mau kemana?”, disebut “Nak kamano muna”. “Bara”, maksunya “Berapa ?”. Dan sebagainya.
Kotamadya Sibolga
menjadi contoh sebagai ”Indonesia mini” yang damai karena saling hormat
menghormati. Tidak pernah terjadi keributan yang bernuansaSARA.
Memang kota Sibolga terletak diteluk yang indah dan aman dari ancaman Tsunami karena Teluk ini dilindungi oleh pulau Mursala dan pulau Poncan di mulut Teluk. Sehingga amukan tsunami tahun 2000 yang meluluh lantakan pulau Nias disebelah Barat dan Aceh tidak ikut menghancurkan kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Memang kota Sibolga terletak diteluk yang indah dan aman dari ancaman Tsunami karena Teluk ini dilindungi oleh pulau Mursala dan pulau Poncan di mulut Teluk. Sehingga amukan tsunami tahun 2000 yang meluluh lantakan pulau Nias disebelah Barat dan Aceh tidak ikut menghancurkan kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
No comments:
Post a Comment