Seorang teman di kota Kudus saya tanya :"Apakah ada fabrik rokok di Kudus menjual gagang cengkeh ?."Jawabannya malah lain :"Berapa banyak pak keperluannya, saya akan cari ke bukit Menoreh", katanya. Walaupun jawabannya tidak nyambung, tetapi tidak masalah dari manapun asal gagang cengkeh itu.
Karena cengkeh itu merupakan produk yang sangat berharga. Tidak hanya bijinya yang menjadi bahan untuk rokok kretek. Gagangnya dan daunnya juga masih mengandung minyak. Harga dan rendemennya berbeda beda. Harga biji cengkeh terlalu mahal untuk diolah menjadi minyak, harganya sekitar Rp 100.000 per kg kering. Harga basah sekitar Rp 30.000 - Rp 35.000 per kg.
Yang paling cocok itu gagangnya. Dibeberapa daerah gagang ini dibuang jadi sampah di fabrik rokok kretek besar atau dipakai.menjadi bahan untuk fabrik rokok kecil. Biasanya pengepul membeli dari petani sekitar Rp 2.000 - Rp 2.500 per kg. Oleh fabrik diolah menjadi minyak dan....diekspor dng harga lumayan. Herannya (kalau tidak salah) di Manado, belum ada exporir minyak cengkeh ini harus jual ke eksportir di Jakarta.
Di pulau Jawa juga banyak daerah penghasil cengkeh dan banyak juga penyulingan minyak. Itu saja, gagangnya jangan sampai dijual ke fabrik rokok, karena akan dibuang. Dikumpulkan saja, bisa menghasilkan. Tapi tidak semua gagang cengkeh itu laku. Kalau sudah hitam, tidak ada minyaknya lagi. Rendemen minyak yang dihasilkan dari gagang masih cukup sekitar 5%. Sedang dari biji cengkeh itu sendiri bisa sekitar 16 - 20%, untuk kadar air maximum 14%. Bahkan dari daun yg baik (kering mata hari) masih saja masih bisa diperoleh rendemen 3,6%. Lumayan.
Bisnis cengkeh kelihatan masih cukup ada peluang apabila bisa mengolahnya menjadi minyak dng proses penyulingan sederhana, peluang ekspor cukup menjanjikan.
No comments:
Post a Comment